Banjir besar yang melanda Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, menghancurkan satu-satunya jembatan penghubung antar-desa. Akibatnya, akses warga menuju sekolah, pasar, dan fasilitas umum lainnya terputus total. Di tengah keterbatasan itu, warga bergerak cepat membangun rakit bambu agar anak-anak tetap bisa mengikuti ujian sekolah.
Warga setempat mengumpulkan bambu secara swadaya dan merakitnya menjadi perahu darurat. Mereka menyebrangkan anak-anak setiap pagi dengan penuh kehati-hatian, menantang derasnya arus sungai yang meluap. Meski seadanya, rakit ini menjadi harapan satu-satunya bagi para pelajar yang harus menyeberang untuk ujian kelulusan.
“Kalau kami tunggu jembatan diperbaiki, anak-anak bisa gagal ikut ujian. Jadi kami gotong royong buat rakit dari bambu,” ujar Pak Rahmat, salah satu tokoh masyarakat. Para orang tua juga turut mengawal anak-anak saat menyebrangi sungai, memastikan mereka sampai ke sekolah dengan selamat link alternatif medusa88.
Guru-guru di sekolah tujuan mengapresiasi semangat warga dan siswa. Mereka bahkan mengatur ulang jadwal ujian agar memberi waktu bagi siswa yang datang terlambat akibat kendala transportasi. Dinas Pendidikan setempat juga meninjau lokasi dan menjanjikan bantuan darurat dalam waktu dekat.
Kisah ini menunjukkan bagaimana solidaritas dan semangat pendidikan tetap hidup di tengah bencana. Warga Polewali Mandar membuktikan bahwa keterbatasan tak pernah menjadi alasan untuk menyerah, terutama ketika masa depan anak-anak dipertaruhkan.