Konflik bersenjata antara Israel dan Iran selama 12 hari terakhir mengguncang stabilitas ekonomi Israel secara signifikan. Serangan rudal yang intens dan serangan balik yang terus-menerus memukul berbagai sektor penting, terutama industri, pariwisata, dan keuangan.

Pemerintah Israel melaporkan kerugian ekonomi yang terus membengkak, dengan total sementara mencapai miliaran dolar AS. Serangan rudal Iran merusak infrastruktur vital, termasuk pelabuhan, jalur logistik, dan pusat industri di wilayah selatan. Aktivitas ekspor dan impor terhambat, membuat sektor perdagangan luar negeri terpuruk.

Bank sentral Israel mengakui bahwa nilai tukar shekel melemah tajam, sementara pasar saham mengalami penurunan drastis. Investor lokal dan asing menarik dana mereka dari pasar modal, karena mereka melihat ketidakpastian situasi keamanan dan ekonomi.

Sektor pariwisata yang semula berupaya pulih dari dampak pandemi kembali terpuruk. Hotel, restoran, dan operator wisata mengalami pembatalan massal, baik slot spaceman dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini memukul ribuan pelaku usaha kecil dan menengah di bidang pariwisata.

Pemerintah Israel saat ini menggelontorkan dana darurat untuk menstabilkan perekonomian, namun para analis meragukan efektivitasnya jika konflik terus berlanjut. Sementara itu, banyak perusahaan asing menunda investasi baru dan mengevakuasi staf mereka dari kota-kota besar.

Meski pemerintah menyerukan ketenangan dan menjamin keamanan nasional, publik Israel menghadapi tekanan ekonomi dan psikologis yang nyata. Perang singkat ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas ekonomi, bahkan bagi negara dengan kekuatan militer dan finansial yang kuat seperti Israel.

By admin